Logo Design by FlamingText.com

Sunday, November 27, 2016

Untukmu Yang Pergi Menjauh

Share on :

Kalo yang tadik judul gak nyambung sama isi.
Nah, kalo yang ini judulnya terlalu maksa kali ya. heeemmmm ini benernya udahlama banget nulis. Tapi karena baru keinget aku punya blog. Ya udah aku posting aja disini :) Ini lebih seperti frase sudut pandang orang pertama dengan banyak majas. Mungkin kalian agak sedikit bingung sama apa yang aku tulis, karena aku bukan tipe orang yang langsung menjabarkan apa yang aku rasakan.
Di rumah kita,  aku merasakan kehangatan dikala dunia begitu dingin terhadapku.
Aku tak pernah berpikir untuk pergi dari rumah kita, tidak pernah.
Namun tiba-tiba dirimu  datang dan menyuruh aku keluar dari rumah kita tanpa persiapan.
Aku mengajakmu berkompromi, tapi tak sekalipun kamu mendengarkan aku.
Kamu hanya mengatakan“Bukan. Ini bukan suatu yang tiba-tiba karena ini memang sudah aku rencanakan berbulan-bulan yang lalu. “
Tepat setelah kau menyelesaikan perkataan itu kau tutup pintu rumah kita, yang kini telah berubah menjadi rumahmu.
Mengapa begitu mudah bagimu berkata bahwa ini telah kau rencanakan?

Takkah kamu berpikir, bahwa aku juga perlu persiapan?
Hatiku remuk, tapi setidaknya aku masih memiliki cukup kekuatan untuk memberontak atas ketidakadilan yang kurasa
Aku menggedor keras pintu rumah kita mu hingga tanganku membiru, untunglah itu bukan suatu hal yang sia-sia
Kau membuka pintu dengan lebar dan berkata “Hentikan. Sudah ada orang lain di dalam rumahku.BLAM!
Kau tak berteriak, tapi nadamu begitu dingin. Kau menyalurkan segala emosimu terhadap pintu rumah tak berdosa, tetap didepan mataku.
Seketika hati remukku berserakan. Dan kini aku memperlukan waktu yang cukup amat lama untuk memilah serpihan miliku diantara debu dari rumahmu.
Setelah lama, akhirnya aku memiliki lagi hati yang utuh, meski hati ini sudah usang dan rapuh.
Aku masih berdiam didepan pintu rumahmu.
Dengan pemikiran panjang akhirnya itu berujung dengan aku yang beranjak.
Bukan karena ada pintu rumah lain yang terbuka untuku, atau karena ada rumah lain yang lebih terasa nyaman.
Namun, karena aku tak ingin lagi mendengar bahwa aku tak diharapkan untuk ada di rumahmu.
Aku yakin ketika aku mendengarkan pengusiran lagi darimu,
Hatiku yang usang ini akan benar-benar berhamburan bersama angin, dan aku akan memerlukan waktu yang akan lebih lama lagi untuk membuatnya utuh kembali, atau mungkin hatiku takkan pernah utuh.
Kini aku memilih, aku beranjak tanpa adanya tujuan.
Ini memang bukan keinginanku bagiku, tapi setidaknya inilah harapanmu.



No comments:

Post a Comment